Penulis: M.Latief | Editor: Latief
Rabu, 9 Februari 2011 | 12:40 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagai calon-calon generasi masa mendatang mahasiswa harus bersiap diri menghadapi ketidaksiapan Indonesia yang kini masih mengalami krisis kepemimpinan. Mahasiswa harus bersiap menghadapi persaingan global yang kian berat dan sangat kompetitif.
Industri perbankan sebagai mesin penggerak ekonomi Indonesia, misalnya, adalah satu contoh bidang paling penting dan strategis yang juga mengalami krisis kepemimpinan. Saat ini, figur pemimpin lebih condong terbentuk dan "menggantung" pada pohon rindang yang disebut dengan partai politik.
"Bukan mengakar pada kepemimpinan yang merdeka, yang cakap tanpa tersangkut atau tergantung apa pun," ujar Rektor Institut Perbanas Prof Dr Marsudi Wahyu Kisworo kepada Kompas.com di sela seminar "How to Build Global Leadership for Indonesian Banking Industry", Rabu (9/2/2011) di Perbanas Institut, Jakarta.
Kondisi tersebut dinilai akan menjadi ancaman serius bagi langkah Indonesia ke depan. Melihat proyeksi jangka pendek, arus globalisasi yang mengancam serius adalah ASEAN One Market, yang akan menjadikan lalu lintas pergerakan barang dan jasa di Indonesia semakin bebas dan ramai.
"Bahaya, karena bukan hanya barang yang bergerak, karena tenaga kerja asing semakin banyak baik ke dalam maupun ke luar. Ini tidak bisa dihindari, tetapi dipersiapkan pada diri mahasiswa," kata Marsudi.
Marsudi mengatakan, sistem dan kondisi politik Indonesia yang menggeliat pasca-runtuhnya Orde Baru telah memberangus kesempatan pemimpin-pemimpin muda yang ingin tumbuh dari bawah. Pemimpin yang ingin tumbuh mengakar dari bawah kalah oleh mereka yang "menggantung" pada partai politik di era Reformasi.
"Yang tumbuh sendiri itu sedikit dan selalu kalah oleh mereka yang dibentuk oleh partai politik sehingga sosok yang muncul cenderung timbul tenggelam, tidak matang dan tidak konsisten. Inilah cermin kepemimpinan kita yang ada sekarang," imbuhnya.
Industri perbankan sebagai mesin penggerak ekonomi Indonesia, misalnya, adalah satu contoh bidang paling penting dan strategis yang juga mengalami krisis kepemimpinan. Saat ini, figur pemimpin lebih condong terbentuk dan "menggantung" pada pohon rindang yang disebut dengan partai politik.
"Bukan mengakar pada kepemimpinan yang merdeka, yang cakap tanpa tersangkut atau tergantung apa pun," ujar Rektor Institut Perbanas Prof Dr Marsudi Wahyu Kisworo kepada Kompas.com di sela seminar "How to Build Global Leadership for Indonesian Banking Industry", Rabu (9/2/2011) di Perbanas Institut, Jakarta.
Kondisi tersebut dinilai akan menjadi ancaman serius bagi langkah Indonesia ke depan. Melihat proyeksi jangka pendek, arus globalisasi yang mengancam serius adalah ASEAN One Market, yang akan menjadikan lalu lintas pergerakan barang dan jasa di Indonesia semakin bebas dan ramai.
"Bahaya, karena bukan hanya barang yang bergerak, karena tenaga kerja asing semakin banyak baik ke dalam maupun ke luar. Ini tidak bisa dihindari, tetapi dipersiapkan pada diri mahasiswa," kata Marsudi.
Marsudi mengatakan, sistem dan kondisi politik Indonesia yang menggeliat pasca-runtuhnya Orde Baru telah memberangus kesempatan pemimpin-pemimpin muda yang ingin tumbuh dari bawah. Pemimpin yang ingin tumbuh mengakar dari bawah kalah oleh mereka yang "menggantung" pada partai politik di era Reformasi.
"Yang tumbuh sendiri itu sedikit dan selalu kalah oleh mereka yang dibentuk oleh partai politik sehingga sosok yang muncul cenderung timbul tenggelam, tidak matang dan tidak konsisten. Inilah cermin kepemimpinan kita yang ada sekarang," imbuhnya.
0 komentar:
Post a Comment